Mukhamad Misbakhun
menyatak bahwa Mata pencharaian pertembakauan telah banyak menghidupi warga
bukan sekedar petani dan pedagang ,tetapi juga telah menyediakan lapangan kerja
di bagaian peranjangan dan penjeman.
Misbakhun telah
menemui para petani dan pekerja ranjang
dan penjemuran samapi dengan pedagang tembakau
di desa Gondo Sulih,Kecamatan Pakuniran,Kabupaten Probolinggo.
Misbakhun juga bertemu
sekelompok petani Sumber Karang pada kamis 9 Agustus 2018 ia bertemu dngan
seorang petani yang bernama Samidjan yang menggarap tiga petak sawah yang masing masing petakan memiliki
luas 2.000 meter persegi.
Samidjan
sudah 38 tahun menggantungkan hidup sebagai petani tembakau, Bapak dua anak dan tiga cucu itu menggantungkan
hidupnya dari lahan pertanian yang di kelolanya.
“Harga
panennya terjaga, tidak terjebak tengkulak, memperoleh akses bibit tembakau
yang unggul dan pupuk tersedia di pasar. Jadi hijaunya daun tembakau yang subur
dan terawat mempunyai dampak ekonomi yang mengangkat harkat hidup Pak Samidjan
dan keluarganya,” tutur Misbakhun.
Lalu Misbakhunmenemui seorang buruh tani tembakau Inthon yang memiliki rumah sederhana Atap
rumah genteng tanpa plafon, dengan dinding rumahnya tembok batu bata yang
sebagian sudah terkelupas. Tapi, Inthon baru saja mengentaskan putra
pertamanya, Alwan Fathony lulus perguruan tinggi swasta di Kota Probolinggo.
“Saya doakan
masa panen kali ini baik, dijauhkan dari hama dan harganya terjaga,” harap
Misbakhun.
Misbakhun juga
menyempatkan diri untuk menemui para pekerja ranjang dan pembakaran di daerah
tersebut.
“Ongkos buruh yang
mengatur lembaran tembakau rajangan bisa Rp 1.000 per bidig. Jadi tembakau
bukan sekadar dari petani langsung pedagang, tapi ada proses perajangan dan
penjemuran,” imbuh Misbakhun
KemudianMisbakhun pun mengunjungi Desa Gondo Sulih untuk menemui Samsudin yang
berprofesi sebagai pedagang tembakau rajangan. Adapun setidaknya seminggu
sekali pula, Samsudin menyetor 10 ton tembakau rajangan ke gudang pabrik rokok.
Harga 10 ton
tembakau itu tidak kurang dari Rp 30 juta, bahkan mungkin bisa mencapai Rp 36
juta. Samsudin pun mengeluhkan, tentang pengambilan sampel oleh pihak gudang
pabrik rokok yang mencapai 1 hingga 1,5 kilogram untuk setiap bal tembakau.
Praktis, berat per bal tembakau pun susut. Sayangnya, berkurangnya bobot itu
menjadi tanggungan Samsudin.
“Keluhannya
karena harga dua kilogram tembakau bisa mencapai Rp 60 ribu hingga Rp 75 ribu,”
kata Misbakhun.
Meskipun demikian,
Samsudin masih tetap bisa mengehidupi keluarga dan masuk dalam katagori
keluarga sejahtera. Dan jika sedang tidak musim tembakau, Samsudin berdagang
beras dan jagung.
0 comments:
Post a Comment